Asal mula desa Sindangheula ini dapat diceritakan melalui legenda pendek ketika Nini Kanang dan Aki Kanang mencari tempat bermukim. Kebetulan di sekitar tempat dia berdiri ada cangehgar (ayam hutan).Ayam itu lari kencang dan terbang. Diikutinyalah ayam itu. Ayam itu hinggap di suatu tempat, tepatnya yang sekarang di sana terdapat rumah Ki Raksabajing,
sebelah utara bale dayeuh (balai desa)sekarang. Maka Aki Kanang dan Nini Kanang menetapkan untuk membuat rumah di situ. Inilah rumah pertama di Sindangheula. Mengapa dinamakan Sindangheula? Hal ini berkaitan dengan ketika suatu waktu dua orang Pangeran (orang keramat) bernama Pangeran Papak dan Pangeran Panjunan sindang (singgah; mampir) heula (beberapa saat) di suatu tempat di selatan desa (yang dinamakan Tabet) dan melakukan sembahyang di sana. Bekas sembahyangnya berbekas telapak kaki. Keduanya beristirahat ketika akan dan atau telah pergi dari tempat keramat Gunung Kumbang. Akan tetapi sayang ketika ada banjir bandang dari lampin(lereng) Tajursereh tahun 1987, tempat ini tergerus air banjir sungai Cigora. Lama-lama lokasi Sindangheula tempat bermukim Aki Kanang dan Nini Kanang ini kemudian menjadi pemukiman berpenduduk banyak, sehingga perlu adanya pengaturan kependudukan dengan adanya seorang pemimpin. Menurut bapa kolot Kartaatmadja (1909-2004; kuwu hormat 1945-1967; kuwu kedua belas), yang menjadi kuwu (kepala desa) pertama desa ini adalah Buyut Roda dengan istrinya yang bernama Nini Bendi. Dinamai demikian karena konon dia mempunyai kendaraan roda (bendi, kereta kuda). Demikian keterangan dari bapa kolot Kartaatmadja. (Didi Wr; urang Sindangheula_baraya urang apanan).
Lihat Peta Lebih Besar
sebelah utara bale dayeuh (balai desa)sekarang. Maka Aki Kanang dan Nini Kanang menetapkan untuk membuat rumah di situ. Inilah rumah pertama di Sindangheula. Mengapa dinamakan Sindangheula? Hal ini berkaitan dengan ketika suatu waktu dua orang Pangeran (orang keramat) bernama Pangeran Papak dan Pangeran Panjunan sindang (singgah; mampir) heula (beberapa saat) di suatu tempat di selatan desa (yang dinamakan Tabet) dan melakukan sembahyang di sana. Bekas sembahyangnya berbekas telapak kaki. Keduanya beristirahat ketika akan dan atau telah pergi dari tempat keramat Gunung Kumbang. Akan tetapi sayang ketika ada banjir bandang dari lampin(lereng) Tajursereh tahun 1987, tempat ini tergerus air banjir sungai Cigora. Lama-lama lokasi Sindangheula tempat bermukim Aki Kanang dan Nini Kanang ini kemudian menjadi pemukiman berpenduduk banyak, sehingga perlu adanya pengaturan kependudukan dengan adanya seorang pemimpin. Menurut bapa kolot Kartaatmadja (1909-2004; kuwu hormat 1945-1967; kuwu kedua belas), yang menjadi kuwu (kepala desa) pertama desa ini adalah Buyut Roda dengan istrinya yang bernama Nini Bendi. Dinamai demikian karena konon dia mempunyai kendaraan roda (bendi, kereta kuda). Demikian keterangan dari bapa kolot Kartaatmadja. (Didi Wr; urang Sindangheula_baraya urang apanan).
Lihat Peta Lebih Besar
Lihat semua postingan >>Di sini<<
wah ini mah yang issue datanya "Didi almarhum" tea euy..
Emang gitu yah...di imah ki raksabajing teh ..bibit buitna orang sindang...
ari padahal...saya sendiri turunan china..muslim asalna..
ngan..jigana nini urang mah melayu asli....meureun kitu oge..
Iya ini ngutip abis dari kang Didi Almarhum, karena saya rasa sejarah ini perlu dilestarikan dan di simpan sebagai arsip serta harus diketahui oleh anak cucu kita kelak. Jadi bukan hanya sebagai arsip wikipedia aja.