Cianjur: Bumi kita makin tua. Karena makin tua, maka lingkungannya pun makin rawan. Terjadi climate change, pemanasan global, dan perubahan tata cuaca dan iklim. "Perubahan iklim dapat terjadi karena kesalahan manusia, karena kelalain atau kesalahan dalam melaksanakan kegiatan pertanian dan mengelola hutan. Dengan pertanian SRI, diharapkan kerusakan lingkungan dapat dicegah di negeri ini, agar Indonesia menjadi bagian penyelamat dunia, dan bukan perusak dunia," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai melakukan panen perdana padi System of Rice Intensification (SRI) Organic, di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Senin (30/7) pagi.
Tampak hadir dalam rombongan Presiden adalah menteri PU Djoko Kirmanto, Mensos Bachtiar Chamsyah, Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Menristek Kusmayanto Kadiman, Seskab Sudi Silalahi, dan Jubir Kepresidenan Andi A.Mallarangeng.
Presiden mengatakan, yang penting pertanian baik kerena pertanian memiliki jasa yang besar dalam menyelamatkan dunia. “Penduduk di bumi makin banyak, sekarang jumlahnya 6,4 milyar manusia dan masih akan bertambah di tahun-tahun yang akan datang. Semua memerlukan pangan, sebagian besar justru memerlukan beras. Oleh karena itu kalau pertanian berkembang baik, petani berkontribusi secara sungguh-sungguh dan berarti benar-benar menyelamatkan dunia,” kata SBY.
SRI dapat menyelamatkan bumi, dunia, dan negeri kita. Presiden menyambut baik kerjasama tiga perusahaan yaitu Medco Foundation, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) dan Yayasan Aliksa Organik SRI yang ingin membangun pertanian yang baik, berkelanjutan, dan ramah lingkungan serta mendatangkan keuntungan bagi rakyat Indonesia. Pembanguan pertanian di Indonesia harus bergeser dari green revolution menjadi sustainable agriculture revolution. “Padi SRI adalah contoh nyata pembanguan pertanian berkelanjutan sebagai koreksi dari green revolution yang ternyata merusak lingkungan karena menggunakan pupuk yang menggunakan bahan-bahan kimia sehingga merusak struktur tanah di kemudian hari,” jelas SBY.
Menurut Presiden SBY, untuk Indonesia padi SRI sangat cocok. “Jangan dikira air di Pulau Jawa melimpah, karena saat ini kondisi air di Pulau Jawa sudah lampu kuning. SRI memberi solusi cara bercocok tanam padi yang tidak banyak menggunakan air,” ujar SBY. “Saya berharap kepada seluruh warga Indonesia untuk selalu mendayagunakan penuh padi-padi SRI agar semuanya berjalan dengan baik dan tidak merusak lingkungan,” lanjutnya.
Menurut SBY, profesi petani itu adalah profesi yang mulia. “Di negara manapun, petani menjadi soko guru kehidupan negara. Lihat petani Eropa, Jepang, atau Amerika. Saya ingin harga diri petani-petani di Indonesia seperti petani-petani dari negara maju tersebut. Mari kita lestarikan dan kembangkan kehidupan petani sehingga penuh dengan kebahagiaan,” lanjut Presiden SBY (mit/osa)
Sumber: Situs Resmi Presiden SBY - www.presidenri.go.id
Ada satu terobosan besar yang dilakukan pemerintah, pengusaha dan kalangan petani, awal pekan ini di Cianjur, Jawa Barat. Kolaborasi pemerintah yang diwakili Deptan dengan pengusaha lewat Medco Foundation serta para petani yang dibina Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), dan Yayasan Aliksa Organic, membuahkan hasil yang menjanjikan guna meningkatkan ketahanan pangan bangsa ini. Apalagi hal itu ditandai dengan kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat melakukan panen perdana padi pola intensifikasi atau SRI (system of rice intensification) di Desa Bobojong, Mande, Cianjur, Jawa Barat. Metode penanaman padi dengan pola intensifikasi atau SRI, kendati bukan teknologi baru, namun terbilang baru dimanfaatkan para petani Indonesia di beberapa tempat salah satunya di Cianjur, Jawa Barat ini. Dalam kesempatan panen, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak kalangan petani, perbankan, pengusaha, dan pemangku kepentingan di bidang pertanian untuk terlibat mengembangkan metode penanaman padi dengan pola intensifikasi ini secara luas. Pengembangan tanam padi dengan metode SRI, kata Presiden adalah contoh nyata mengoreksi gerakan revolusi hijau, yaitu upaya meningkatkan produksi padi yang bertumpu pada pupuk kimia. “Dengan SRI, peningkatan produksi padi untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani tercapai, masalah ketahanan pangan dapat diselesaikan, tetapi caranya tanpa merusak lingkungan,” kata Yudhoyono.
Metode SRI juga menghemat air. Hal ini penting mengingat ketersediaan air, khususnya di Pulau Jawa yang kini memprihatinkan. Mengingat pola tanam yang bersahabat dengan lingkungan, pada kesempatan itu, Presiden SBY malah mengusulkan tambahan nama environment friendly pada SRI sehingga menjadi system of environment friendly rice intensification (SEFRI). “Ini sekadar usulan saja.”
Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengungkapkan, metode SRI tepat diterapkan di Indonesia di tengah persoalan lahan. Lahan terus menyempit akibat laju alih fungsi yang tak terkendali. “SRI merupakan contoh meningkatkan produksi beras dengan inovasi teknologi pertanian,” katanya.
Metode SRI, tambah Mentan, bisa menjadi pilihan teknologi yang menarik karena beberapa hal. Pertama, ada efisiensi penggunaan input benih dan penghematan air. Kedua, mendorong penggunaan pupuk organik. Dengan demikian, bisa menjaga bahkan merehabilitasi kesuburan tanah, selain tentu saja mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik.Penggunaan pupuk organik, lanjut Mentan, memberi nilai tambah tersendiri. Padi/beras organik lebih sehat, karena itu bisa dihargai lebih tinggi.
Ini dibenarkah oleh Solihin GP, sesepuh Jawa Barat yang juga Ketua Dewan Penasihat DPKLTS. Secara khusus, Solihin minta kepada Presiden agar membuat kebijakan yang menguntungkan petani organik. “Kami para petani tolong dibantu, difasilitasi untuk bias mengekspor beras ke luar negeri.”
Di Singapura, kata Solihin, beras organik dihargai sampai Rp 50.000 per kg. Solihin meminta pemerintah mencarikan pengusaha yang bisa memasarkan beras produk SR agar ada jaminan harga bagi petani.“Kami tak minta muluk-muluk. Petani hanya minta padi organik diserap dengan harga Rp 4.500 per kg. Selanjutnya terserah pedagang dan eksportir mau dijual berapa di luar negeri.”
Chairman Medco Foundation Arifin Panigoro mengungkapkan, pengembangan padi SRI merupakan peluang usaha menjanjikan. Beras organik harganya mahal dan bisa mendorong peningkatan kesejahteraan petani. Setelah berhasil melakukan uji coba penanaman SRI di lahan 7,5 hektar, Medco Foundation berniat akan memperluas lahan penanaman SRI, konsep kemitraan dengan petani dan perbankan di lahan 10.000 hektar dengan anggaran Rp 100 miliar.
Sumber : Pa Anton Aprianto (Mentri Pertanian RI)
-------------------------------
http://dsindangheula.blogspot.com
Tampak hadir dalam rombongan Presiden adalah menteri PU Djoko Kirmanto, Mensos Bachtiar Chamsyah, Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Menristek Kusmayanto Kadiman, Seskab Sudi Silalahi, dan Jubir Kepresidenan Andi A.Mallarangeng.
Presiden mengatakan, yang penting pertanian baik kerena pertanian memiliki jasa yang besar dalam menyelamatkan dunia. “Penduduk di bumi makin banyak, sekarang jumlahnya 6,4 milyar manusia dan masih akan bertambah di tahun-tahun yang akan datang. Semua memerlukan pangan, sebagian besar justru memerlukan beras. Oleh karena itu kalau pertanian berkembang baik, petani berkontribusi secara sungguh-sungguh dan berarti benar-benar menyelamatkan dunia,” kata SBY.
SRI dapat menyelamatkan bumi, dunia, dan negeri kita. Presiden menyambut baik kerjasama tiga perusahaan yaitu Medco Foundation, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) dan Yayasan Aliksa Organik SRI yang ingin membangun pertanian yang baik, berkelanjutan, dan ramah lingkungan serta mendatangkan keuntungan bagi rakyat Indonesia. Pembanguan pertanian di Indonesia harus bergeser dari green revolution menjadi sustainable agriculture revolution. “Padi SRI adalah contoh nyata pembanguan pertanian berkelanjutan sebagai koreksi dari green revolution yang ternyata merusak lingkungan karena menggunakan pupuk yang menggunakan bahan-bahan kimia sehingga merusak struktur tanah di kemudian hari,” jelas SBY.
Menurut Presiden SBY, untuk Indonesia padi SRI sangat cocok. “Jangan dikira air di Pulau Jawa melimpah, karena saat ini kondisi air di Pulau Jawa sudah lampu kuning. SRI memberi solusi cara bercocok tanam padi yang tidak banyak menggunakan air,” ujar SBY. “Saya berharap kepada seluruh warga Indonesia untuk selalu mendayagunakan penuh padi-padi SRI agar semuanya berjalan dengan baik dan tidak merusak lingkungan,” lanjutnya.
Menurut SBY, profesi petani itu adalah profesi yang mulia. “Di negara manapun, petani menjadi soko guru kehidupan negara. Lihat petani Eropa, Jepang, atau Amerika. Saya ingin harga diri petani-petani di Indonesia seperti petani-petani dari negara maju tersebut. Mari kita lestarikan dan kembangkan kehidupan petani sehingga penuh dengan kebahagiaan,” lanjut Presiden SBY (mit/osa)
Sumber: Situs Resmi Presiden SBY - www.presidenri.go.id
Ada satu terobosan besar yang dilakukan pemerintah, pengusaha dan kalangan petani, awal pekan ini di Cianjur, Jawa Barat. Kolaborasi pemerintah yang diwakili Deptan dengan pengusaha lewat Medco Foundation serta para petani yang dibina Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), dan Yayasan Aliksa Organic, membuahkan hasil yang menjanjikan guna meningkatkan ketahanan pangan bangsa ini. Apalagi hal itu ditandai dengan kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat melakukan panen perdana padi pola intensifikasi atau SRI (system of rice intensification) di Desa Bobojong, Mande, Cianjur, Jawa Barat. Metode penanaman padi dengan pola intensifikasi atau SRI, kendati bukan teknologi baru, namun terbilang baru dimanfaatkan para petani Indonesia di beberapa tempat salah satunya di Cianjur, Jawa Barat ini. Dalam kesempatan panen, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak kalangan petani, perbankan, pengusaha, dan pemangku kepentingan di bidang pertanian untuk terlibat mengembangkan metode penanaman padi dengan pola intensifikasi ini secara luas. Pengembangan tanam padi dengan metode SRI, kata Presiden adalah contoh nyata mengoreksi gerakan revolusi hijau, yaitu upaya meningkatkan produksi padi yang bertumpu pada pupuk kimia. “Dengan SRI, peningkatan produksi padi untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani tercapai, masalah ketahanan pangan dapat diselesaikan, tetapi caranya tanpa merusak lingkungan,” kata Yudhoyono.
Metode SRI juga menghemat air. Hal ini penting mengingat ketersediaan air, khususnya di Pulau Jawa yang kini memprihatinkan. Mengingat pola tanam yang bersahabat dengan lingkungan, pada kesempatan itu, Presiden SBY malah mengusulkan tambahan nama environment friendly pada SRI sehingga menjadi system of environment friendly rice intensification (SEFRI). “Ini sekadar usulan saja.”
Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengungkapkan, metode SRI tepat diterapkan di Indonesia di tengah persoalan lahan. Lahan terus menyempit akibat laju alih fungsi yang tak terkendali. “SRI merupakan contoh meningkatkan produksi beras dengan inovasi teknologi pertanian,” katanya.
Metode SRI, tambah Mentan, bisa menjadi pilihan teknologi yang menarik karena beberapa hal. Pertama, ada efisiensi penggunaan input benih dan penghematan air. Kedua, mendorong penggunaan pupuk organik. Dengan demikian, bisa menjaga bahkan merehabilitasi kesuburan tanah, selain tentu saja mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik.Penggunaan pupuk organik, lanjut Mentan, memberi nilai tambah tersendiri. Padi/beras organik lebih sehat, karena itu bisa dihargai lebih tinggi.
Ini dibenarkah oleh Solihin GP, sesepuh Jawa Barat yang juga Ketua Dewan Penasihat DPKLTS. Secara khusus, Solihin minta kepada Presiden agar membuat kebijakan yang menguntungkan petani organik. “Kami para petani tolong dibantu, difasilitasi untuk bias mengekspor beras ke luar negeri.”
Di Singapura, kata Solihin, beras organik dihargai sampai Rp 50.000 per kg. Solihin meminta pemerintah mencarikan pengusaha yang bisa memasarkan beras produk SR agar ada jaminan harga bagi petani.“Kami tak minta muluk-muluk. Petani hanya minta padi organik diserap dengan harga Rp 4.500 per kg. Selanjutnya terserah pedagang dan eksportir mau dijual berapa di luar negeri.”
Chairman Medco Foundation Arifin Panigoro mengungkapkan, pengembangan padi SRI merupakan peluang usaha menjanjikan. Beras organik harganya mahal dan bisa mendorong peningkatan kesejahteraan petani. Setelah berhasil melakukan uji coba penanaman SRI di lahan 7,5 hektar, Medco Foundation berniat akan memperluas lahan penanaman SRI, konsep kemitraan dengan petani dan perbankan di lahan 10.000 hektar dengan anggaran Rp 100 miliar.
Sumber : Pa Anton Aprianto (Mentri Pertanian RI)
-------------------------------
http://dsindangheula.blogspot.com
Lihat semua postingan >>Di sini<<
MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia, NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) , dengan produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) sejak tahun 2005 adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.
Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.
Kami tawarkan solusi yang lebih praktis dan sangat mungkin dapat diterima oleh masyarakat petani kita, yaitu:
BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB LENGKAP AVRON / SO” + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS ( EM16+ ).
Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.
Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.
AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?
CATATAN: Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu menjadi agen sosial penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.
Semoga Indonesia sehat canangan Kementerian Kesehatan dapat segera tercapai.
Terimakasih,
Omyosa -- Jakarta Selatan
02137878827; 081310104072